MYLIFESTYE – Penangkapan Iqbal Ramadhan, putra tunggal dari penyanyi senior dan aktivis sosial Machica Mochtar, menjadi sorotan publik setelah ia ditahan oleh aparat kepolisian saat mengikuti unjuk rasa menolak revisi Undang-Undang Pilkada di Gedung DPR/MPR RI.
Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi sang ibu yang terus berupaya mendapatkan kepastian mengenai kondisi dan keselamatan putranya.
Iqbal Ramadhan, yang dikenal sebagai pengacara muda dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, bergabung dengan ratusan demonstran lainnya pada Jumat 23 Agustus lalu untuk menyuarakan penolakan terhadap revisi UU Pilkada yang dianggap kontroversial dan berpotensi melemahkan demokrasi di Indonesia.
Menurut keterangan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, sebanyak 302 orang demonstran, termasuk Iqbal, ditangkap dalam aksi tersebut. Penangkapan dilakukan dengan alasan mengantisipasi potensi kericuhan dan menjaga ketertiban umum.
Namun, sejumlah saksi mata dan aktivis menyebut tindakan aparat dianggap berlebihan dan represif terhadap demonstran yang menyampaikan aspirasi secara damai.
Mendengar kabar penangkapan putranya, Machica Mochtar langsung diliputi kecemasan dan kekhawatiran yang mendalam.
Saat ditemui awak media di kediamannya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Machica mengungkapkan betapa terkejut dan terpukulnya ia setelah mengetahui kejadian tersebut.
“Sebagai seorang ibu, ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Iqbal adalah satu-satunya putra laki-laki saya, mendengar dia ditangkap membuat saya merasa lemas dan tidak berdaya,” ungkap Machica.
Kekhawatiran Machica semakin bertambah setelah berhasil berkomunikasi dengan Iqbal melalui sambungan telepon. Dalam percakapan tersebut, Iqbal mengabarkan bahwa dirinya mengalami cedera serius di bagian hidung akibat bentrokan yang terjadi saat unjuk rasa.
“Iqbal menelepon saya semalam dan mengatakan bahwa hidungnya patah akibat insiden saat demo. Dia bilang sekarang berada di Polda, tapi tidak menyebutkan lokasi pastinya. Meski berusaha tegar dan menenangkan saya dengan berkata ‘Saya laki-laki, harus kuat’, tetap saja saya sangat khawatir dengan kondisinya,” tutur Machica.
Tak tinggal diam, Machica segera mendatangi Polda Metro Jaya untuk memastikan kondisi putranya dan berencana membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.
“Saya datang ke sini untuk menjemput anak saya dan memastikan dia mendapatkan perawatan yang layak. Saya juga akan melakukan visum untuk mengetahui sejauh mana cedera yang dialaminya,” tegas Machica saat ditemui di Polda Metro Jaya.
Iqbal Ramadhan bukanlah sosok yang asing dalam dunia aktivisme. Sejak masa kuliah, ia aktif terlibat dalam berbagai gerakan sosial dan hukum yang memperjuangkan keadilan dan hak-hak masyarakat. Sebagai pengacara di LBH Jakarta, Iqbal kerap turun ke lapangan untuk memberikan bantuan hukum dan mendampingi masyarakat yang membutuhkan.
Sebelum mengikuti unjuk rasa tersebut, Iqbal sempat memperingatkan ibunya untuk tidak keluar rumah karena potensi situasi yang memanas akibat demonstrasi besar yang direncanakan.
“Dia berpesan kepada saya, ‘Bunda jangan keluar rumah dulu, situasinya akan cukup keras karena ada demo besar.’ Saya tahu dia selalu berjuang untuk kebenaran dan keadilan, tapi sebagai ibu, saya tidak bisa menghilangkan rasa khawatir ini,” kenang Machica.
Penangkapan Iqbal dan ratusan demonstran lainnya menuai kritik dari berbagai kalangan, terutama aktivis dan organisasi hak asasi manusia yang menilai tindakan aparat kepolisian sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berekspresi dan hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum.
Ketua LBH Jakarta, Anita Rahmawati, mengecam keras penangkapan tersebut dan mendesak pihak kepolisian untuk segera membebaskan para demonstran yang ditahan.
“Unjuk rasa adalah hak konstitusional setiap warga negara yang dilindungi oleh undang-undang. Tindakan represif seperti ini tidak seharusnya terjadi dalam negara demokrasi. Kami menuntut agar rekan-rekan kami segera dibebaskan dan mendapatkan perlakuan yang adil sesuai hukum yang berlaku,” tegas Anita dalam konferensi pers yang digelar pada Sabtu 24 Agustus 2024.
Sejumlah tokoh politik dan publik figur juga turut menyuarakan keprihatinan mereka melalui media sosial, menyoroti pentingnya menjaga kebebasan berpendapat dan mengkritisi langkah pemerintah yang dianggap antikritik.
Hingga berita ini diturunkan, pihak keluarga dan kuasa hukum masih menunggu kepastian mengenai status hukum dan kondisi kesehatan Iqbal Ramadhan. Machica Mochtar terus berusaha mendapatkan akses untuk bertemu dan memastikan keselamatan putranya.
“Saya berharap pihak kepolisian bisa kooperatif dan memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi Iqbal. Sebagai ibu, saya hanya ingin memastikan anak saya baik-baik saja dan mendapatkan keadilan yang seharusnya,” harap Machica penuh haru.
Kasus ini menjadi refleksi penting bagi penegakan demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Publik menantikan respon dan tindakan tegas dari pemerintah serta aparat penegak hukum untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. ***