Main-Main Cipete Vol.22 Tampilkan Celupan Pertama hingga Mirzatami Menyatu

Jakarta – Semangat musik alternatif kembali menggelora di Cipete melalui program mingguan Main-Main di Cipete yang telah memasuki Volume ke-22. Bertempat di Casatopia Cafe pada Senin malam, 28 Juli 2025, acara yang digagas oleh Reallist Management ini menyuguhkan lima penampil lintas genre dalam suasana yang intim dan ekspresif.

Dipandu oleh Eno Suratno Wongsodimedjo, Main-Main di Cipete menjadi ruang vital bagi musisi independen yang tengah merintis jalan di skena musik Tanah Air. Kali ini, ragam musikalitas dan nuansa emosional berpadu, menjadikan malam tersebut sebuah potret keragaman dan eksplorasi artistik.

Celupan Pertama membuka malam dengan gaya jenaka, sarat kritik sosial lewat lagu-lagu seperti Jet Pribadi dan Jakarta Bandung. Proyek milik Soule Shuo ini dikenal karena kemampuannya mengolah keresahan menjadi komedi musikal yang tajam dan menggelitik.

Danes Rabani tampil penuh energi membawa nuansa pop-band modern. Selain membawakan karya lamanya seperti Remember dan Siasat Jitu, ia juga memperkenalkan single terbarunya Sunny yang dirilis 11 Juli lalu.

Six Sound Project, band asal Bandung yang telah eksis sejak 2014, menyajikan aransemen pop elegan dengan lirik yang mengena. Formasi lengkapnya membawakan hits seperti Mungkin Cinta Datang Terlambat dan Salah Sangka.

Mirzatami, kolaborasi antara Charita Utami dan Yudhistira Mirza, menciptakan suasana kontemplatif dan ritualistik lewat lagu Sadar Sandar dan Usai Usia. Musik mereka menggugah perenungan dan keindahan dari ketidaksempurnaan hidup.

Muthia Nadhira menjadi penutup malam dengan nuansa jazz-pop yang anggun. Dengan latar belakang teater musikal, ia membawakan Disclosure dan versi terbaru Simpan Saja, menunjukkan kedalaman emosi dan teknik panggung yang memukau.

Main-Main di Cipete bukan sekadar acara musik mingguan. Tanpa tiket masuk dan terbuka bagi siapa saja, ia telah berkembang menjadi wadah regenerasi musisi lokal serta memperkuat jejaring komunitas musik independen di Jakarta Selatan.

Main-Main di Cipete volume ke-22 ini kembali membuktikan bahwa musik dapat menjadi ruang reflektif dan inklusif yang menyatukan lintas generasi. []

Comments are closed.