Melampaui Batasan Dangdut, Ucie Sucita Perkenalkan Karya Terbaru yang Berbeda Candu dan Luka

Mylifestyle.ID, Penyanyi dangdut Ucie Sucita belum lama ini memperkenalkan karya terbarunya yang berjudul Candu dan Luka dengan mengambil inspirasi dari pengalaman pribadinya. Ia ingin menyalurkan emosi mendalam tentang sebuah hubungan yang terasa manis pada awalnya, namun justru menyisakan luka. 

Proses ini bukan hanya sekadar menuangkan lirik, tetapi juga mengubah rasa sakit menjadi sebuah karya seni yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh banyak orang. Dalam proses penulisan lirik, Ucie berkolaborasi dengan penulis lirik terkemuka, Agi Purnama.

Selain itu, Ucie tidak ragu untuk bereksperimen dengan genre musik yang baru. Ia memilih jalur dangdut koplo ala Gen Z, sebuah perpaduan unik antara ketukan koplo yang adiktif dengan sentuhan pop, bahkan rap. Keberaniannya untuk mengemas ulang dangdut dengan estetika musik anak muda, yang mungkin terinspirasi dari K-Pop dan EDM, menunjukkan visinya yang lebih luas. 

“Lagu ini tentang seseorang yang sudah kecanduan cinta, tapi terluka dan itu terjadi berulang kali. Akhirnya dia move on dan lepas dari hubungan yang toxic,” ujar Ucie saat ditemui di Ambyar Mal Artha Gading, Jakarta Utara, baru-baru ini.

Lagu Candu dan Luka merupakan cara Ucie Sucita untuk lebih dekat dengan audiens Gen Z. Selama ini, dangdut sering kali dianggap sebagai musik untuk kalangan yang lebih tua. Namun, melalui single terbarunya ini, Ucie berupaya mengubah persepsi tersebut dengan menciptakan dangdut yang lebih relevan dan modern. Ia melihat fenomena dangdut koplo yang saat ini tengah populer di kalangan anak muda, dengan tempo yang lebih cepat dan tema yang menarik.

Ucie menyadari pentingnya beradaptasi dengan selera pasar yang terus berkembang. Melalui karyanya, ia tidak hanya ingin menghibur, tetapi juga menyalurkan pesan kuat sekaligus mengenalkan dangdut ke generasi muda. 

“Aku ingin lebih dekat dengan Gen Z. Makanya aku berani eksplorasi genre dan tampilan baru. Ini adalah New Uci Sucita,” tegasnya.

Tujuan Ucie tidak hanya berhenti pada merangkul audiens Gen Z di Indonesia. Ia juga melihat potensi besar untuk dangdut agar bisa menembus panggung musik internasional. Dengan mengintegrasikan elemen musik global seperti K-Pop dan EDM, “Candu dan Luka” bisa menjadi jembatan bagi dangdut untuk dikenal oleh pendengar di seluruh dunia. Langkah ini menunjukkan ambisi Ucie untuk membawa dangdut naik kelas dan diakui secara global.

Setelah dirilis, “Candu dan Luka” mendapatkan sambutan yang positif dari berbagai kalangan. Banyak pendengar yang merasa terhubung dengan liriknya yang menyentuh dan jujur, seolah menceritakan kisah percintaan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Respons ini membuktikan bahwa Ucie berhasil mencapai tujuannya untuk menciptakan lagu yang relatable bagi banyak orang.

Ucie berharap lagu ini tidak hanya menjadi populer, tetapi juga bisa diterima oleh seluruh pecinta musik di Indonesia dan bahkan menjadi tren. “Lagu ini diharapkan bisa diterima pencinta musik Indonesia dan menjadi viral atau trending di jagat maya,” ungkapnya optimistis.

Melalui lagu ini, Ucie Sucita tidak hanya memperlihatkan bakatnya sebagai seorang pedangdut, tetapi juga sebagai seorang seniman yang terus berinovasi. Ia berhasil mengubah pengalaman pahit menjadi sebuah karya yang bermakna dan memotivasi banyak orang untuk bangkit dari luka. Keberaniannya untuk bereksperimen dan melampaui batas genre menjadi bukti nyata bahwa musik dangdut memiliki masa depan yang cerah, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah internasional.

Comments are closed.